Wednesday, November 27, 2013

Pentingnya Guru Mempelajari Ilmu Psikologi Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
     A.    Latar Belakang Masalah
Ilmu psikologi pendidikan adalah ilmu yang sangat penting dikuasai oleh seorang guru sebagai pendidik dan pengajar. Perlu diketahui beberapa manfaat mengapa guru perlu mempelajari ilmu psikologi, antara lain:
1.   Membantu kita mengetahui apa yang diharapkan dari anak dan kapan yang diharapkan itu muncul.
2.      Membantu kita dalam memberikan respon yang tepat terhadap perilaku anak.
3.      Memungkinkan orang tua dan guru memberikan bimbingan balajar yang sesuai, serta membantu mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian, dan perilakunya.[1]
Namun, “Bagaimanakah bila seorang guru belum pernah mendapatkan pendidikan psikologi pada bangku sekolahnya dahulu?”, “Apakah guru tersebut mampu mendidik muridnya dengan baik?”, dan “Apakah guru tersebut berbeda dengan guru yang pernah mempelajari ilmu psikologi dalam mendidik muridnya?”. Untuk mengetahui seperti apakah kiranya penjelasan jawaban dari beberapa pertanyaan tersebut, maka akan saya bahas dalam makalah ini.

      B.     Rumusan Masalah
Untuk mengurai permasalahan di atas, maka akan saya rumuskan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1.      Apa pengertian psikologi pendidikan?
2.      Mengapa bagi guru penting untuk mendalami psikologi pendidikan?
3.      Apa perbedaan antara guru yang mendidik dengan mengamalkan  ilmu psikologi dan guru yang mendidik siswanya tanpa psikologi pendidikan?
4.      Apa yang sebaiknya dilakukan guru kalau belum pernah mempelajari psikologi pendidikan?   
BAB II
PEMBAHASAN
      A.    Pengertian Ilmu Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan terdiri dari kata psikologi dan pendidikan. Psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa.[2] Maka psikologi merupakan kajian ilmiah mengenai tingkah laku dan proses mental. Sedangkan psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang khusus mempelajari aktivitas-aktivitas atau tingkah laku manusia dan proses mental yang terjadi dalam proses pendidikan.[3]
Sehingga dengan adanya ilmu psikologi pendidikan, maka akan membantu kegiatan belajar mengajar menjadi lancar dan sesuai dengan tujuan. Guru akan memahami dan tahu bagaimana cara mendidik siswa-siswinya sesuai dengan tahap perkembangannya.
Sebagaimana yang terjadi sebelum ilmu psikologi memasuki dunia pendidikan, orang beranggapan bahwa penguasaan mengenai bahan pelajaran yang akan diberikan kepada anak didik merupakan satu-satunya syarat yang harus dipenuhi bagi guru termasuk calon guru. Akan tetapi dengan terjadinya perkembangan yang luas dalam dunia ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya dan psikologi anak khususnya, adalah disebabkan oleh adanya penyelidikan yang bersifat empiris eksperimental, maka anggapan di atas mulai berubah.
Perubahan itu mulai timbul pada abad ke-19, orang mulai menyadari dan menginsyapi bahwa pengetahuan secara mendalam mengenai mata pelajaran yang diberikan belum cukup untuk menjadi guru yang baik. Di samping itu, juga dibutuhkan pengetahuan-pengetahuan pelengkap untuk menyiapkan guru secara profesional, pendapat baru itu makin lama makin luas pengaruhnya sehingga dalam abad ke-20 ini negara-negara yang maju telah mendidik tenaga-tenaga ahli yang khusus untuk jabatan guru.[4]

      B.     Pentingnya Guru Mendalami Psikologi Pendidikan
Pada kenyataannya, setiap guru pada suatu lembaga pendidikan seperti Madrasah Diniyah ataupun TPQ di daerah (seperti di Ponorogo) masih belum seluruhnya pernah mempelajari psikologi pendidikan, yang konon belum pernah diajarkan pada tingkat SMA atau Madrasah Aliyah dan dapat dipelajari pada tingkat Perguruan Tinggi. Sedangkan tidak semua guru Madrasah Diniyah dapat melanjutkan sampai tingkat Perguruan Tinggi. Sehingga cara mengajar para guru tersebut masih memakai metode ceramah saja, padahal banyak sekali metode untuk mengajar, sedangkan siswa harus mendengarkan dan memperhatikan dengan seksama serta duduk dengan tenang. Namun terkadang siswa juga diharuskan menghafal pada suatu pelajaran tertentu. Dengan begitu maka siswa harus patuh pada apa yang guru perintahkan. Bila tidak melaksanakan para siswa mendapatkan hukuman yang sesuai dengan tingkat pelanggarannya. Misalnya siswa tidak hafal perkalian, maka hukumannya adalah berdiri di depan kelas sambil menghafal sampai hafal. Seperti yang saya alami pada waktu duduk di bangku SD dulu. Maka hal tersebut termasuk punishmen atau reinforcement positif.
Dengan demikian guru tersebut masih mengajar dengan menggunakan teori belajar behaviorisme. Sehingga siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya.[5]
Padahal seharusnya, para pendidik – khususnya para guru sekolah – sangat diharapkan memiliki atau menguasai pengetahuan psikologis pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah.[6] Ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologi, yaitu:
1.      Seleksi penerimaan siswa baru.
2.      Perencanaan pendidikan.
3.      Penyususnan kurikulum.
4.      Penelitian kependidikan.
5.      Administrasi kependidikan.
6.      Pemilihan materi pelajaran.
7.      Interaksi belajar mengajar.
8.      Pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
9.      Metodologi mengajar.
10.  Pengukuran dan evaluasi.
Dengan demikian, sangat diperlukan figur guru-guru yang berkompeten dan mampu menerapkan prinsip-prinsip psikologis di atas. Guru yang kompeten dalam perspektif psikologi pendidikan adalah guru yang mampu melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab. [7]

      C.     Perbedaan Antara Guru yang Belum dan Sudah Mempelajari Psikologi Pendidikan
Pada kenyataannya di lapangan, masih ada beberapa guru yang belum pernah mempelajari psikologi pendidikan, karena ilmu tersebut diajarkan pada tingkat Perguruan Tinggi. Namun, bukan berarti guru tersebut tidak dapat mengajar siswanya dengan baik. Hanya saja mereka mengajar hanya terbatas dengan sejumlah ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Dan guru tersebut mengajar dengan cara yang sama dengan yang mereka ketahui sewaktu duduk di bangku sekolah dahulu, atau bisa disebut dengan mengajar secara tradisional. Disitu anak didik adalah sebagai obyek pendidikan sedangkan guru adalah sebagai subyek pendidikan.
Karena belum pernah mempelajari psikologi pendidikan, misalnya ketika mendapat siswa yang berkebutuhan khusus, guru tersebut tidak menerima siswa yang berkebutuhan khusus dan hanya menerima siswa yang normal saja. Padahal, siswa yang berkebutuhan khusus juga membutuhkan pendidikan yang sama dengan siswa yang normal. Sebab pada jaman dahulu sebelum psikologi pendidikan berkembang pesat, anak yang berkebutuhan khusus dianggap gila dan tidak waras, yang tidak pantas mendapat pendidikan yang layak.
Namun berbeda dengan guru yang sudah pernah mempelajari psikologi pendidikan. Guru tersebut memperhatikan minat dan kebutuhan anak didiknya. Tidak hanya sekedar melakukan transfer ilmu pengetahuan saja, akan tetapi juga tahu bagaimana mendidik siswanya dengan baik. Misalnya guru yang mempunyai anak didik yang berkebutuhan khusus, maka mereka akan tahu bagaimana agar siswanya mendapat pelayanan dan pendidikan yang sesuai di sekolah dan lingkungannya.
Demikian kiranya perbedaan yang dapat ditemui di lapangan dunia pendidikan dahulu dan sekarang. Perbedaan yang jelas nyata adalah pada pelayanan pendidikan kepada siswa yang berkebutuhan khusus. Dan hal tersebut sebaiknya harus diperbaiki sejak sekarang ini juga. Akan tetapi tidaklah mudah melakukannya, misalnya seperti yang saya alami sebagai tetangga dari anak yang tergolong berkebutuhan khusus. Kadang saya merasa terganggu ketika anak tersebut main ke tempat saya waktu istirahat, karena anak tersebut suka bercerita dan berteriak-teriak sendiri sehingga tidak bisa tidur siang. Jadi tidak ada cara lain kecuali mengusirnya, walaupun setelah diusir anak tersebut kembali lagi. Sedangkan menghukum dengan cara berdiri di depan kelas sudah jarang diterapkan pada masa sekarang ini.

      D.    Hal-Hal yang Sebaiknya Dilakukan Guru Bila Belum Pernah Mempelajari Psikologi Pendidikan
Seperti yang telah ditulis di atas, karena pelajaran psikologi pendidikan diajarkan pada tingkat Perguruan Tinggi, maka ada beberapa guru yang tidak mampu untuk melanjutkan sekolahnya. Sehingga guru tersebut mengajar dengan cara yang sama seperti gurunya di bangku sekolahnya dulu. Namun pada masa sekarang ini tidaklah sulit untuk mendapatkan materi psikologi pendidikan, hal-hal yang sebaiknya dilakukan guru di antaranya:
1.      Menaruh minat untuk belajar.
2.      Membeli buku psikologi pendidikan bila perlu.
3.      Ilmu psikologi pendidikan juga bisa diperoleh dengan membaca buku di Perpustakaan Daerah atau sekolah, maupun dari website.
4.      Mengikuti seminar atau diklat tentang pendidikan, dan lain-lain.
Dengan demikian guru bisa mempelajari dan mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. Agar proses belajar mengajar di sekolahnya sesuai dengan cita-cita, harapan dan tujuannya.



BAB III
PENUTUP
      A.    Simpulan
1.      Sebagai guru atau calon guru, sebaiknya kita tidak hanya menguasai materi pelajaran saja, akan tetapi juga harus bisa mengelola sekolah dan mempunyai pengetahuan pelengkap seperti psikologi pendidikan, agar mengetahui minat dan kebutuhan yang sesuai pada tahap perkembangan siswanya.
2.      Walaupun belum pernah mempelajari psikologi pendidikan guru bisa mengajar dengan meggunakan insting dan pengalamannya, mengenai tindakan apa yang harus dilakukan ketika menghadapi permasalahan di sekolah. Dan akan lebih baik lagi bila ditunjang dengan pengetahuan mengenai psikologi pendidikan, yang bisa diperoleh dari perpustakaan, website, seminar, dan lain-lain.  

      B.     Saran
Apabila ada kekurangan atau kekeliruan dalam penulisan makalah ini, saya sebagai penulis berharap kepada Dosen Pengampu, teman-teman dan pembaca agar kiranya berkenan memberikan kritik dan sarannya untuk perbaikan makalah ini selanjutnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih...

      C.     Daftar Pustaka

Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

Ningsih, Asri Budi, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.



       [1] Elfi Yuliani Rochmah, Catatan Psikologi Perkembangan Semester III (06 Oktober 2011).
       [2] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 1.
       [3] Lia Amalia, Psikologi Pendidikan Sebuah Pengantar (t.t: t.p, t.t), 1-2.
        [4] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, 17.
       [5] Asri Budi Ningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 28.
        [6] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, 19.
       [7] Ibid, 23.

7 komentar

wah bener juga tuh, hehe bagus gan bisa buat tugas kuliah :D

Fakta Penting Mengenai Anak Kedua

Penting Nih supaya materi yag diajarkan juga mudah dierima oleh para siswa karena sang guru tau tentang psikologi dari siswanya

Ragam Tarian Orang Blora


EmoticonEmoticon