Saturday, December 14, 2013

Tokoh-Tokoh Bani Umayyah

BAB I
PENDAHULUAN

Memasuki masa kekuasaan Muawiyah menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah dalam bentuk yang berbeda dengan masa khilafah rasyidin. Pemerintahan yang bersifat demokratis pada masa khilafah rasyidin berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun). Artinya, ada perubahan pemikiran politik dalam system pemerintahan Islam. Sisi lain yang perlu dicermati adalah kekhalifahan Muawiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, tipu daya dan tidak melalui musyawarah dengan sistem pemilihan atau suara terbanyak.
Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyat untuk menyatakan setia terhadap anaknya Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi ala Persia dan Bizantium. Walaupun di satu sisi, Muawiyah tetap mempertahankan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Muawaiyah menyebutnya Khalifah Allah dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah.

Rumusan Masalah.
1.  Siapa sajakah tokoh-tokoh yang menjadi penguasa Daulah Umawiyah?
2.  Bagaimanakah leadership dan pencapaian pada masa Daulah Umawiyah?
3.  Apa sajakah yang menjadi penyebab keruntuhan Daulah Umawiyah?

BAB II
PEMBAHASAN

  1. Tokoh-Tokoh Penguasa Daulah Umayyah.
No.
Nama
Mulai
Berakhir
Lamanya
Umur
1.
Muawiyah ibn Abi Sufyan
41H/661M
60H/680M
19 th 3 bln
80 th
2.
Yazid I ibn Mu’awiyah
60H/680M
64H/684M
3 th 6 bln
38 th
3.
Mu’awiyah ibn Yazid
64H/684M
64H/684M
3 bln
23 th
4.
Marwan ibn al-Hakam
64H/684M
65H/685M
9 bln
63 th
5.
‘Abdul Malik ibn Marwan
65H/685M
86H/705M
21 th
76 th
6.
Walid I ibn ‘Abdul Malik
86h/705M
96H/715M
9 th 7 bln
42 th
7.
Sulaiman ibn ‘Abdul Malik
96H/715M
99H/717M
2 th 8 bln
45 th
8.
Umar ibn ‘Abdul Aziz
99H/717M
101H/720M
2 th 5 bln
39 th
9.
Yazid II ibn ‘Abdul Malik
101H/720M
105H/724M
4 th 1 bln
40 th
10.
Hisyam ibn ‘Abdul Malik
105H/724M
125H/743M
19 th 9 bln
55 th
11.
Walid II ibn Yazid
125H/743M
126H/744M
1 th 2 bln
40 th
12.
Yazid III ibn Walid
126H/744M
126H/744M
6 bln
46 th
13.
Ibrahim ibn Walid
126H/744M
127H/744M
4 bln
47 th
14.
Marwan II al-Himar
127H/744M
132H/750M
5 th 10 bln
62 th

Dengan memperhatikan jadwal maka dapat kita lihat bahwa, tokoh-tokoh Daulah Umawiyah ada 14 orang dan memerintah selama kurang lebih 90 tahun.[1] Khalifah-khalifah besar dinasti Bani Umayyah adalah Muawiyah ibn Abi Sufyan, Abdul Malik ibn Marwan, al-Walid ibn Abdul Malik, Umar ibn Abd al-Aziz, dan Hisyam ibn Abd al-Malik.

  1. Leadership dan Pencapaian Pada Masa Daulah Umayyah.
            Pada subbab ini kita akan membahas leadership dan pencapaian Daulah Umawiyah mulai dari pemerintahan Abdul Malik ibn Marwan.
1.      Abdul Malik ibn Marwan.
Abdul Malik ibn Marwan adalah pembesar Daulah Umawiyah yang berpendidikan tinggi dan terkenal sebagai ahli fiqh ternama di Madinah. Abdul Malik dipandang sebagai pendiri kedua bagi Daulah Umawiyah. Karena Abdul Malik telah berhasil mengembalikan seluruh wilayah taat kepada kekuasaannya. Juga ia telah dapat menumpas segala pembangkang dan pemberontakan.
Diantara hasil-hasil karya Abdul Malik yang patut dipuji ialah: Mengarahkan kantor-kantor pemerintahan menggunakan bahasa Arab atau disebut juga dengan Arabisasi. Dan membuat mata uang dengan cara yang teratur, yang dikenal dengan ”mata uang kaum Muslimin”.
Pembesar-pembesar Abdul Malik yang terpenting antara lain : Abdul ’Aziz - saudaranya sendiri - dan Al Hajjaj ibnu Yusuf As Syaqafi panglimanya yang termashur.[2]
Ekspansi ke Timur yang dilakukan Abdul Malik adalah melanjutkan ekspansi yang telah dilakukan Muawiyah. Dia mengirim tentara menyebrangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Mayoritas penduduk di kawasan ini adalah kaum Paganis. Pasukan Islam menyerang wilayah Asia Tengah pada tahun 41H/661M. Pada tahun 43H/663M mereka mampu menaklukkan Salistan dan menaklukkan sebagian wilayah Thakaristan pada tahun 45H/665M. Mereka sampai ke wilayah Quhistan pada tahun 44H/664M. Abdullah bin Ziyad tiba di pegunungan Bukhari pada tahun 44H/664M. Bahkan tentaranya sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.[3]
Ekspansi ke barat telah dimulai sejak masa pemerintahan Muawiyah. Ia berhasil menguasai Tunisia pada tahun 670M. Ia menjadikan Qoiruwan sebagai ibu kota dan pusat kebudayaan Islam. Namun wilayah itu kemudian kembali dikuasai bangsa Barbar, baru pada masa Abdul Malik berhasil dikuasai kembali berkat pasukan yang dipimpin Hasan bin Nu’man. Setelah Hasan meninggal pada 708M, jabatan gubernur digantikan oleh panglima Musa ibn Nushair. Ia meluaskan kekuasaannya dengan menaklukkan Aljazair, Maroko, sampai ke pantai samudra Atlantik. Ekspedisinya juga berhasil merebut pulau Majorka, Minorka dan Ivoka.[4]
2.      Al-Walid ibn Abdul Malik.
Al-Walid adalah orang yang terbaik untuk menerima kerajaan setelah Abdul Malik ayahnya meninggal. Al-Walid adalah seorang yang suka damai dan menginginkan perbaikan-perbaikan, justru ia muncul pada masa damai, maka diadakannya perbaikan-perbaikan di dalam negeri. Seolah-olah Abdul Malik telah membangun suatu gedung yang besar, lalu datanglah Al-Walid yang menghiasi gedung itu, diperindah dan diperluasnya.
Karya-karya besar dari Al-Walid ini antara lain ialah: ia telah mengumpulkan anak-anak yatim, diberinya jaminan hidup dan disediakannya para pendidik untuk mereka. Begitu juga dalam bidang kesehatan, ia sangat memperhatikan kemakmuran rakyat. Dibangunnya jalan-jalan raya, terutama jalan yang menuju ke tanah Hejaz. Digalinya pula sumur-sumur disepanjang jalan itu, dan diangkatnya pegawai-pegawai yang bertugas mengurusi sumur-sumur itu, serta menyediakan air untuk orang-orang yang melalui jalan itu. Diriwayatkan, bahwa Al-Walid sangat gemar mendirikan gedung-gedung, bangunan-bangunan dan fabrik-fabrik. Suatu peninggalan abadi dari Al-Walid dalam bidang bangunan ialah Masjid Umawi di Damaskus.[5]
Pada masa pemerintahannya Al-Walid melanjutkan ekspansi secara besar-basaran ke barat. Masa pemerintahan Al-Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran dan ketertiban. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih 10 tahun itu tercatat suatu Ekspedisi Militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya benua Eropa pada tahun 711M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukkan Tariq bin Ziyad pimpinan pasukan Islam, dengan pasukannya menyebrangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan Eropa, dan mendarat disuatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Giblaltar atau Jabaltariq. Tentara Spanyol dapat dikalahkan.[6]
3.      Umar ibn Abd al-Aziz.
Dapat kita ketahui bahwa masa pemerintahan Umar ibn Abd al-Aziz amat pendek namun ia merupakan suatu masa yang berdiri sendiri, mempunyai ciri-ciri sendiri dan mengandung falsafah Islam yang murni, yang tidak terpengaruh oleh aliran-aliran dan peraturan-peraturan Bani Umayyah yang disesali orang.[7]
Umar ibn Abd al-Aziz bersama istrinya adalah keluarga yang sangat bersahaja. Adapun tanah-tanah yang dirampas, dan yang tidak ada arsipnya, oleh Umar dinyatakan bahwa tanah-tanah itu telah dikembalikan kepada pemiliknya. Jika pemiliknya tidak diketahui , maka tanah itu dikembalikan ke Baitulmal. Ia banyak menghidupkan dan memperbaiki tanah-tanah yang tidak produktif, menggali sumur-sumur baru dan membangun masjid-masjid.
Umar menghentikan peperangan-peperangan yang sedang dilancarkan terhadap golongan-golongan yang bukan Islam, atau terhadap kaum pembangkang dan pemberontak dalam kalangan kaum muslimin sendiri. Kemudian dilaksanakannya Da’wah Islamiyah kepada golongan-golongan yang bukan Islam, dengan menggunakan hikmah-kebijaksanaan serta pelajaran dan nasehat-nasehat yang baik. Dan Umar telah menundukkan kaum pembangkang dan pemberontak (Khawarij) dengan dalil-dalil dan keterangan-keterangan yang dapat memuaskan hati mereka. Umar berhasil mencapai sukses besar dalam dua bidang usahanya itu.[8]
Keadaan perekonomian dimasa umar telah naik ketaraf yang menakjubkan. Semua leteratur yang ada pada kita saat ini menguatkan bahwa kemiskinan, kemlaratan dan kepapaan telah dapat diatasi pada pemerintahan khalifah ini.
Penaklukan dimasa pemerintahannya pasukan Islam melakukan penyerangan ke Prancis dengan melewati pegunungan Piranee. Di bawah pimpinan Abd al-Rahman ibn Abdullah al-Ghafiqi mereka sampai ke wilayah Bordiau, Poitiers, lalu melakukan pengepungan Toulan sebuah wilayah Prancis. Namun kaum muslimin tidak berhasil mencapai kemenangan yang berarti di Prancis. Sangat sedikit terjadi perang dimasa pemerintahan Umar.
4.      Hisyam ibn Abd al-Malik.
Masa pemerintahan Hisyam cukup lama, sekitar dua puluh tahun. Hisyam termasuk khalifah terbaik. Terkenal sebagai seorang yang penyantun dan bersih pribadinya. Ia telah mengatur kantor-kantor pemerintahan dan membetulkan perhitungan keuangan negara dengan amat teliti. Musuh-musuh Bani Umayyah pun mengakui kebagusan pembukuan dimasa Hisyam.[9]Hisyam dikenal sebagai seorang Khalifah yang penyantun dan taqwa. Juga dikenal sebagai Khalifah yang hemat cermat, tidak suka kepada keborosan dan ia tak dapat ditipu. 
Pada masa Khalifah Hisyam muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh Golongan Mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan berikutnya kekuatan baru ini, mampu menggulingkan Dinasti Umawiyah dan menggantikannya dengan dinasti baru, Bani Abbas. Sebenarnya Hisyam ibn Abd al-Malik adalah seorag Khalifah yang kuat dan terampil. Akan tetapi, karena gerakan oposisi terlalu kuat, Khalifah tidak berdaya meredamnya. Sepeninggal Hisyam ibn Abd al-Malik, Khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat Golongan Oposisi. Akhirnya, pada tahun 750M, Daulah Umawiyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, Khalifah terkhir Bani Umayyah, melarikan dari ke Mesir, ditangkap dan dibunuh.[10]
  1. Penyebab Keruntuhan Daulah Umawiyah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Bani Umayyah lemah dan mengalami kehancuran, antara lain:
a)      Sistem Pergantian Khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Islam yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas, dan menyebabkan persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana.
b)      Konflik politik. Latar belakang terbentuknya Daulah Umawiyah tidak dapat dipisahkan dari Konflik Politik yang terjadi dimasa Ali bin Abi Tholib.
c)      Pertentangan etnis, yaitu pertentangan antara suku Arab Utara (Bani Qays) dan Arab Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam makin meruncing.
d)     Bobroknya mental penguasa, yang disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana, sehingga penerus Khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
e)      Munculnya kekuatan baru, yaitu gerakan yang dipelopori Abbas ibn Abdu al-Mutholib. Gerakan ini mendapat dukungan dari Bani Hasyim dan Golongan Syi’ah serta Kaum Mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintah Bani Umayyah.
BAB III
KESIMPULAN

Daulah Umawiyah didirikan dengan penuh perjuangan, sehingga sampai terjadi perseteruan antara Mu’awiyah dengan Ali bin Abi Thalib. Perseteruan ini menjadikan Ali terjatuh dan naiklah Mu’awiyah menjadi khalifah. Namun Daulah Umawiyah menggunakan sistem monarchi-Heredetis (kerajaan turun temurun) yang penerusnya kebanyakan mempunyai sifat hidup mewah dan suka berfoya-foya. Sehingga tidak dapat memikul tanggung jawab sebagai Khalifah yang pada masanya banyak sekali pemberontakan-pemberontakan yang terjadi. Maka berakhirlah kekuasaan Daulah Umawiyah dengan meninggalkan sejarah yang kontrofersi yang menjadikan banyak orang mencelanya.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Rahmat Taufiq, dkk. Almanak Alam Islami, Jakarta: Pustaka Jaya, 2000
Harun Nasution, op. cit. hlm. 61.
Nurhakim, Moh. Sejarah dan Peradaban Islam, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004.
Syalabi, Prof. Dr. Sejarah Dan Kebudayaan Islam 2, Jakarta: Al Husna Zikra, 1997




       [1] Rahmat Taufiq Hidayat, dkk. Almanak Alam Islami (Jakarta: Pustaka Jaya, 2000), hlm. 277.
       [2] Prof. Dr. Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam 2 (Jakarta: Al Husna Zikra, 1997) hlm. 73.
       [3] Harun Nasution, op. cit. hlm. 61.
       [4] Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004), hlm. 54.
       [5] Prof. Dr. Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam 2 (Jakarta: Al Husna Zikra, 1997) hlm.90-91.
       [6] M. Widda Djuhan M.Si. Sejarah Peradaban Islam (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2008), hlm.   36.
       [7] Prof. Dr. Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam 2 (Jakarta: Al Husna Zikra, 1997) hlm. 101.
       [8] Ibid, hlm. 110.
       [9] Prof. Dr. Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam 2 (Jakarta: Al Husna Zikra, 1997) hlm. 124-125.
       [10] M. Widda Djuhan M.Si. Sejarah Peradaban Islam (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2008), hlm.41-42


EmoticonEmoticon