Monday, January 20, 2014

IBNU AS-SHATIR (Penemu Teori Heliosentris)

Ilmuwan muslim itu bernama Ala'ud Din Abul Hasan Ali Ibnu Ibrahim Ibnu as-Shatir. Ia merupakan seorang ahli astronomi, ahli matematika dan ahli mesin teknik. Ibnu As-Shatir meronbak habis teori Geosentris yang dicetuskan oleh Claudius Ptolomeaus atau Ptolemy (90 SM-168 SM). Secara matematis, As-Shatir memperkenalkan adanya epicycle yang rumit (sistem lingkaran dalam lingkaran). As-Shatir mencoba menjelaskan bagaimana gerak merkurius jika bumi menjadi pusat alam semestanya dan merkurius bergerak mengitari bumi. Menurut George Saliba dalam karyanya "A History of Arabic Astronomy: Planetary Theories During the Golden Age of Islam", Kitab Nihayatus Sul fi Tashihil Usul, merupakan risalah astronomi Ibnu As-Shatir yang paling penting. "Dalam kitab itu, secara drastis ia menulis, reformasi model matahari, bulan, dan planet Ptlolemic, dengan memperkenalkan sendiri model non-Ptolemic yang menghapuskan epicycle pada model matahari, yang menghapuskan eksentrik dan equant, "tulis As-Shatir dalam kitab Nihayatus Sul fi Tshihil Usul.
Ibnu As-Shatir juga berhasil melakukan pemisahan filsafat alam dari astronomi. Tidak seperti astronomer sebelumnya, Ibnu As-Shatir tidak peduli dengan mempertahankan teori prinsip kosmologi atau filsafat alam (Fisika Aristoteles), melainkan untuk memproduksi sebuah model yang lebih konsisten dengan penngamatan empiris. Dalam rangka membuat model barunya tersebut, Ibnu As-Shatir melakukan pengujian dengan melakukan penngamatan empiris. Ibnu As-Shatir juga tidak keberatan terhadap falsafah astronomi Ptolemaic, tetapi ia ingin menguji seberapa jauh teori Ptolemy yang cocok dengan pengamatan empirisnya.
Ibnu As-Shatir juga erupakan astronomer pertama yang memperkenalkan percobaan dalam teori planet untuk menguji model dasar empiris Ptolemaic. Saat menguji model matahari Ptolemaic, Ibnu As-Shatir memaparkan pengujian nilai Ptolemaic untuk bentuk dan ukuran matahari dengan menggunakan pengamatan gerhana bulan.
JAM MATAHARI
Menurut catatan sejarah, jam matahari merupakan jam tertua dalam peradaban manusia. Jam ini telah dikenal sejak tahun 3500 SM. Pembuatan jam matahari di dunia Islam dilakukan oleh Ibnu As-Shatir, seorang ahli Astronomi Muslim (1304-1375 M). "Ibnu As-Shatir merakit jam matahari yang bagus sekali untuk menara Masjid Umayyah di Damaskus, "Ujar David A King dalam karyanya bertajuk "The Astronomy of The Mamluks". Berkat penemuannya itu, ia kemudian dikenal sebagai muwaqqit (pengatur waktu ibadah) pada Masjid Umayyah di Damaskus, Suriah. Jam yang dibuat Ibnu As-Shatir itu masih tergolong jam matahari kuno yang didasrkan pada garis jam lurus. Ibnu As-Shatir membagi waktu dalam sehari 12 jam, pada musim dingin waktu pendek, sedangkan pada musim panas waktu lebih panjang. Jam mataharinya itu merupakan polar-axis sundial paling tua yang masih tetap eksis hingga kini.
AULA, edisi Desember 2013.  


EmoticonEmoticon