PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Dapat kita ketahui bahwa manusia dan
lingkungan itu mempunyai hubungan timbal balik. Manusia sangat membutuhkan
suatu lingkungan yang baik, aman dan kondusif. Karena dengan lingkungan
tersebut manusia dapat berkembang dengan baik pula. Dan sebaliknya lingkungan
juga membutuhkan manusia, dengan manusia yang baik maka baik pula
lingkungannya. Untuk mengetahui hubungan manusia dengan lingkungannya akan kami
bahas dalam makalah yang sederhana ini.
- Rumusan masalah
1.
Bagaimanakah hubungan
manusia dengan lingkungannya?
2.
Apa peranan yang
ditimbulkan oleh manusia dalam hubungannya dengan lingkungan?
3.
Apa saja metode yang
digunakan dalam penelitian hubungan manusia dengan lingkungannya?
BAB II
PEMBAHASAN
- Hubungan manusia dengan lingkungannya
Para ahli psikologi di Amerika pada
umumnya cenderung untuk lebih mementingkan peranan faktor lingkungan (lihat
antara lain Kamin, 1981) dari pada faktor keturunan, dikarenakan budaya Amerika
yang sangat mengagungkan persamaan hak individual, termasuk persamaan hak untuk
tumbuh dan berkembang yang hanya mungkin terjadi bila faktor keturunan tidak
memberikan batasannya. Charles Crawford (dalam Rathus, 1986) mengatakan bahwa
konflik faktor keturunan, faktor lingkungan dan intelegensi telah berkembang
keluar batas fikiran sehat dan penyebabnya adalah konflik antara nilai dasar
Amerika dengan temuan-temuan ilmiah. Kasus kontroversial Jensen merupakan salah
satu bukti akan masalah tersebut.[1]
Maka dari itu, Allah telah menjelaskan
kepada kita dalam Al Qur’an bahwa faktor keturunan dan lingkungan mempunyai
pengaruh yang sangat dalam pada kejadian manusia. Tetapi disana ada kemauan
manusia yang dapat mengalahkan keturunan dan lingkungan tersebut dengan
pertolongan Allah. Akan tetapi para sarjana banyak melalaikan faktor ‘inayah
(pertolongan) Allah.
- Faktor keturunan
Al Qur’an berbicara kepada kita tentang
pengaruh keturunan dalam proses kejadian manusia dan Al Qur’an memperlihatkan
juga kepentingan ini. Al Qur’an mengisahkan bagaimana Allah mengutamakan
keluarga Ibrahim dari sekalian alam sebagai hasil dari keturunan yang soleh
yang terus turun kepada generasi berikutnya. Al Qur’an mengisyaratkan kepada
kita baik secara implisit maupun eksplisit tentang keharusan berhati-hati dan
cermat memilih istri dan suami. Tetapi dalam waktu bersamaan, Al Qur’an
menyuruh kita memeperhatikan bagaimana faktor-faktor keturunan seringkali
berlainan dan kadang-kadang kehilangan pengaruhnya.[2]
- Faktor lingkungan
Allah memberitahukan kepada kita bahwa
lingkungan juga mempunyai pengaruh yang sangat dalam. Pengaruh lingkungan yang
baik sangat jelas pengaruhnya pada proses pertumbuhan seorang manusia di mana
Allah menyiapkan dari keluarga yang soleh dan mulia.[3] Maka terbentuklah
kepribadian seorang yang soleh dan mulia juga.
Pengaruh lingkungan terhadap individu
sebenarnya telah diawali sejak terjadinya pembuahan. Sejak pembuahan sampai
saat kelahiran, lingkungan telah mempengaruhi calon bayi lewat ibunya. Misalnya
defisiensi kalsium dalam aliran darah sang ibu dapat menyebabkan abnormalitas
tulang bayi.
Setelah kelahiran, pengaruh faktor
lingkungan terhadap individu semakin penting dan besar. Proses yang paling
berpengaruh setelah masa ini adalah proses belajar (learning) yang menyebabkan
perbedaan perilaku individu satu dengan yang lainnya. Apa yang dipelajari dan
diajarkan pada seseorang akan sangat menentukan apa dan bagaimana reaksi
individu terhadap stimulus yang dihadapinya. Sikap, perilaku, reaksi emosional
dan semacamnya merupakan atribut yang dipelajari dari lingkungan. Seorang anak
yang diasuh dalam keluarga yang terbiasa menjerit-jerit bila memanggil dan
menjerit-jerit pula bila memarahi, akan tumbuh menjadi anak yang berbicara
keras dan kasar. Seorang anak yang selalu ditakut-takuti pada dokter akan
menyimpan konsep dokter sebagai ancaman, bukan sebagai penolong.
Lewat proses belajar, pengaruh budaya
secara tidak lagsung juga mempengaruhi individu. Standar dan norma sosial yang
berlaku pada suatu kelompok budaya tempat individu berada akan menentukan apa
yang benar dan apa yang salah, apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap
buruk. Norma itulah yang akan menjadi acuan individu dalam berfikir dan
berperilaku. Anak yang kerap menonton film kekerasan, apalagi kekerasan itu
dilakukan oleh tokoh yang dijagokannya, akan meletakkan kekerasan ke dalam
konsepnya mengenai hal yang baik dan dapat diterima, dan kelak pada gilirannya
ia akan mampu melakukan kekerasan pada orang lain tanpa rasa bersalah. Bukankah
norma kita terhadap cara berpakaian sudah jauh lebih longgar dari pada sepuluh
tahun yang lalu adalah akibat seringnya kita disuguhi cara berpakaian terbuka
aurat oleh film dan oleh orang terkenal di masyarakat seperti para penyanyi di
televisi.
Demikianlah pengaruh faktor warisan yang
dibawa individu sejak dalam kandungan dan pengaruh lingkungan tempat dia berada
dan dibesarkan akan bersama-sama membentuk sifat dan karakter dalam diri
manusia sehingga individu yang satu tidak persis sama dengan individu yang
lainnya. Besarnya peranan masing-masing determinan tersebut tidaklah sama dalam
membentuk perbedaan bagi berbagai sifat A, misalnya, mungkin faktor keturunan lebih
berperanan sedangkan bagi pembentukan sifat B faktor lingkunganlah yang lebih
menentukan.[4]
- Peranan manusia dalam hubungannya dengan lingkungan
Manusia dapat berhubungan dengan
lingkungannya adalah dengan melakukan aktivitas[5]. Dalam psikologi,
aktivitas adalah sebuah konsep yang mengandung arti fungsi individu dalam
interaksinya dengan sekitarnya. Aktivitas psikis adalah hubungan khusus dari
benda hidup dengan lingkungan. Ia menengahi, mengatur dan mengontrol
hubungan-hubungan antara organisme dan lingkungan. Aktivitas psikis didorong
oleh kebutuhan yang diarahkan pada obyek yang dapat memenuhi kebutuhan ini, dan
dipengaruhi oleh sistem tindakan-tindakan.
Aktivitas psikis manusia mempunyai suatu
ciri atau corak sosial dan ditentukan oleh kondisi-kondisi kehidupan sosial.
Aktivitas psikis manusia bisa eksternal dan internal.
Aktivitas psikis eksternal terdiri
dari operasi-operasi yang spesifik manusia dengan obyek-obyek yang ada yang
dipengaruhi oleh lengan, tangan, jari-jari dan kaki. Aktivitas psikis internal
berlangsung dalam pikiran, dengan menggunakan “tindakan-tindakan mental” di
mana manusia beroprasi bukan dengan obyek-obyek yang ada dan bukan melalui
gerakan-gerakan fisis, melainkan dengan gambaran-gambaran dinamisnya. Aktivitas
internal merencanakan aktivitas eksternal. Ia timbul atas dasar aktivitas
eksternal, dan merealisasikan dirinya melalui aktivitas eksternal.
Pembagian kerja menyebabkan pembendaan
antara bentuk-bentuk teoritis dan praktis aktivitas manusia. Sesuai dengan
tingkatan kebutuhan manusia dan kebutuhan masyarakat, akan timbul juga
tingkatan jenis-jenis konkret aktivitas, yang masing-masing biasanya menganut
unsur-unsur aktivitas eksternal dan internal, praktis dan teoritis.[6]
- Metode-metode penelitian hubungan manusia dengan lingkungannya
Metode pendekatan yang digunakan dalam
mempelajari pengaruh faktor herediter dan faktor lingkungan terhadap individu menghendaki
agar pengaruh faktor herediter dan faktor lingkungan dapat dikendalikan secara
sistematik. Jadi penelitian dilakukan dengan mngendalikan pengaruh faktor
bawaan dan membiarkan faktor lingkungan bervariasi atau dengan mengendalikan
faktor lingkungan dan membiarkan faktor bawaan bervariasi (Komorita, dkk.,
1967).
1.
Hereditas terkendali dan
lingkungan bervariasi
Penelitian dengan menggunakan kembar
identik merupakan contoh situasi di mana hereditas dikendalikan karena anak
kembar identik berasal dari pembuahan ovum tunggal dan memiliki rangkaian gen
yang identik (disebut kembar monozigotic atau kembar MZ). Jadi, dari
sudut faktor bawaan, anak kembar identik adalah sama. Dengan melihat perbedaan
sifat dan perilaku mereka setelah berada dalam lingkungan untuk jangka waktu
tertentu akan dapat terlihat apa yang dilakukan oleh lingkungan terhadap
mereka, misalnya dengan cara membandingkan pasangan kembar identik yang
dibesarkan terpisah dengan pasangan yang dibesarkan bersama. Namun hendaknya
diingat bahwa dalam studi yang menggunakan kembar identik kita tidak bisa
menjadikan lingkungan bervariasi secara sistematik.
2.
Lingkungan terkendali dan
hereditas bervariasi
Untuk menempatkan manusia dalam suatu
lingkungan yang benar-benar terkendali, dapat dikatakan mustahil untuk
dilakukan. Walaupun dapat dilakukan pengendalian terhadap lingkungan akan
tetapi dua lingkungan hanya akan tampak sama secara fisik sedangkan bagi
individu di dalamnya akan terasa berbeda secara psikologis dan karenanya dapat
menimbulkan efek yang berbeda pula. Itulah sebabnya penelitian yang menghendaki
pengendalian lingkungan banyak dilakukan lewat penggunaan hewan sebagai
subyeknya dikarenakan hewan lebih dapat dicegah dari pengaruh faktor-faktor
luar yang tidak dikehendaki. Apalagi kalau diperlukan penyilangan keturunan
maka pada hewan akan mudah dilakukan sedangkan pada manusia pasti tidak akan
mungkin.
3.
Studi kemiripan dalam
keluarga
Metode ini mempelajari kemiripan yang
terjadi antara anak-orangtua, antara anak dengan saudara sekandung, antar
kembar framental (yang berasal dari dua sel telur dan disebut juga kembar dizygotic
atau kembar DZ), dan antar kembar identik. Dengan cara mempelajari kemiripan
dalam keluarga seakan-akan peneliti berada dalam situasi hereditas yang
bervariasi dan lingkungan yang terkendali. Bila hereditas memang memiliki
pengaruh signifikan terhadap individu dan pengaruh lingkungan terkontrol maka
mereka yang memiliki hubungan kekeluargaan dekat tentu akan lebih mirip satu
sama lain. Sebagai contoh, anak kembar identik akan lebih mirip satu sama lain
dibandingkan dua anak bersaudara sekandung. Adik dan kakak akan lebih mirip
dari pada anak dan keponakan.
4.
Studi sejarah keluarga
Studi mengenai sejarah keluarga
memanfaatkan informasi mengenai garis keturunan dan keluarga dari beberapa
informasi mengenai garis keturunan dan keluarga dari beberapa generasi. Dengan
mempelajari garis keturunan suatu keluarga, seorang peneliti seakan berada
dalam situasi yang menyerupai eksperimen pembiakan selektif (selective
breeding). Memang dalam kondisi ini faktor lingkungan tidak sepenuhnya
terkendali dan faktor herediter tidak dapat dibuat bervariasi secara
sistematik, akan tetapi kondisi inilah yang paling mendekati situasi pembiakan
selektif yang dapat dilakukan pada manusia. Studi sejarah keluarga dapat
menunjukkan adanya bukti-bukti akan efek faktor keturunan sekalipun tidak
mustahil pula menghasilkan bukti adanya pengaruh faktor lingkungan.
Eysenck (1981) mengatakan bahwa tidaklah
benar untuk menganggap hanya satu cara saja yang dapat dipergunakan dalam
penelitian mengenai pengaruh faktor lingkungan dan faktor bawaan dikarenakan
metode-metode tersebut bersifat saling melengkapi dari berbagai sudut pandang
permasalahannya.[7]
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
- Hubungan manusia dengan lingkungan mempunyai dua faktor yang saling melengkapi dan tidak dapat dipilah-pilah faktor mana yang lebih berpengaruh terhadap manusia, yaitu faktor bawaan dan faktor lingkungan.
- Manusia dapat berhubungan dengan lingkungannya adalah dengan melakukan aktivitas. Sedangkan aktivitas itu terbagi menjadi dua, yaitu aktivitas internal dan eksternal. Aktivitas internal merencanakan aktivitas eksternal. Ia timbul atas dasar aktivitas eksternal, dan merealisasikan dirinya melalui aktivitas eksternal.
- Metode-metode yang digunakan dalam penelitian hubungan manusia dengan lingkungannya adalah:
a.
Hereditas terkendali dan
lingkungan bervariasi
b.
Lingkungan terkendali dan
hereditas bervariasi
c.
Studi kemiripan dalam
keluarga
d.
Studi sejarah keluarga
- Saran
Harapan kami kepada para pembaca khusus bagi
dosen pembimbing agar kiranya
memperbaiki setiap kesalahan atau kesimpulan baik disengaja maupun tidak
disengaja, dalam uraian isi makalah ini khususnya, dan para mahasiswa umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Azhim, Ali Abdul. Epistemologi dan
Aksiologi Ilmu Perspektif Al Qur’an. Bandung: CV Rosda. 1989.
Azwar, Saifuddin. Pengantar Psikologi
Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004.
Bagus,
Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. 2002.
EmoticonEmoticon