BAB I
PENDAHULUAN
Memasuki masa kekuasaan Muawiyah menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah dalam
bentuk yang berbeda dengan masa khilafah rasyidin. Pemerintahan yang
bersifat demokratis pada masa khilafah rasyidin berubah menjadi monarchiheridetis
(kerajaan turun temurun). Artinya, ada perubahan pemikiran politik dalam system
pemerintahan Islam. Sisi lain yang perlu dicermati adalah kekhalifahan Muawiyah
diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, tipu daya dan tidak melalui musyawarah
dengan sistem pemilihan atau suara terbanyak.
Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyat untuk menyatakan setia terhadap anaknya Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi ala Persia dan Bizantium. Walaupun di satu sisi, Muawiyah tetap mempertahankan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Muawaiyah menyebutnya Khalifah Allah dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah.
Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyat untuk menyatakan setia terhadap anaknya Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi ala Persia dan Bizantium. Walaupun di satu sisi, Muawiyah tetap mempertahankan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Muawaiyah menyebutnya Khalifah Allah dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah.
Rumusan
Masalah.
1. Siapa sajakah
tokoh-tokoh yang menjadi penguasa Daulah Umawiyah?
2.
Bagaimanakah leadership dan
pencapaian pada masa Daulah Umawiyah?
3.
Apa sajakah yang menjadi
penyebab keruntuhan Daulah Umawiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
- Tokoh-Tokoh Penguasa Daulah Umayyah.
No.
|
Nama
|
Mulai
|
Berakhir
|
Lamanya
|
Umur
|
1.
|
Muawiyah
ibn Abi Sufyan
|
41H/661M
|
60H/680M
|
19
th 3 bln
|
80
th
|
2.
|
Yazid I ibn
Mu’awiyah
|
60H/680M
|
64H/684M
|
3
th 6 bln
|
38
th
|
3.
|
Mu’awiyah
ibn Yazid
|
64H/684M
|
64H/684M
|
3
bln
|
23
th
|
4.
|
Marwan ibn
al-Hakam
|
64H/684M
|
65H/685M
|
9
bln
|
63
th
|
5.
|
‘Abdul
Malik ibn Marwan
|
65H/685M
|
86H/705M
|
21
th
|
76
th
|
6.
|
Walid I ibn
‘Abdul Malik
|
86h/705M
|
96H/715M
|
9
th 7 bln
|
42
th
|
7.
|
Sulaiman
ibn ‘Abdul Malik
|
96H/715M
|
99H/717M
|
2
th 8 bln
|
45
th
|
8.
|
Umar ibn
‘Abdul Aziz
|
99H/717M
|
101H/720M
|
2
th 5 bln
|
39
th
|
9.
|
Yazid II
ibn ‘Abdul Malik
|
101H/720M
|
105H/724M
|
4
th 1 bln
|
40
th
|
10.
|
Hisyam ibn
‘Abdul Malik
|
105H/724M
|
125H/743M
|
19
th 9 bln
|
55
th
|
11.
|
Walid II
ibn Yazid
|
125H/743M
|
126H/744M
|
1
th 2 bln
|
40
th
|
12.
|
Yazid III
ibn Walid
|
126H/744M
|
126H/744M
|
6
bln
|
46
th
|
13.
|
Ibrahim ibn
Walid
|
126H/744M
|
127H/744M
|
4
bln
|
47
th
|
14.
|
Marwan II
al-Himar
|
127H/744M
|
132H/750M
|
5
th 10 bln
|
62
th
|
Dengan memperhatikan jadwal maka dapat
kita lihat bahwa, tokoh-tokoh Daulah Umawiyah ada 14 orang dan memerintah
selama kurang lebih 90 tahun.[1] Khalifah-khalifah besar dinasti Bani Umayyah
adalah Muawiyah ibn Abi Sufyan, Abdul Malik ibn Marwan, al-Walid ibn Abdul
Malik, Umar ibn Abd al-Aziz, dan Hisyam ibn Abd al-Malik.
- Leadership dan Pencapaian Pada Masa
Daulah Umayyah.
Pada
subbab ini kita akan membahas leadership dan pencapaian Daulah Umawiyah mulai
dari pemerintahan Abdul Malik ibn Marwan.
1. Abdul Malik ibn
Marwan.
Abdul Malik ibn Marwan adalah pembesar Daulah Umawiyah yang berpendidikan
tinggi dan terkenal sebagai ahli fiqh ternama di Madinah. Abdul Malik dipandang
sebagai pendiri kedua bagi Daulah Umawiyah. Karena Abdul Malik telah berhasil
mengembalikan seluruh wilayah taat kepada kekuasaannya. Juga ia telah dapat
menumpas segala pembangkang dan pemberontakan.
Diantara hasil-hasil karya Abdul Malik yang patut dipuji ialah: Mengarahkan
kantor-kantor pemerintahan menggunakan bahasa Arab atau disebut juga dengan
Arabisasi. Dan membuat mata uang dengan cara yang teratur, yang dikenal dengan
”mata uang kaum Muslimin”.
Pembesar-pembesar Abdul Malik yang terpenting antara lain : Abdul ’Aziz - saudaranya
sendiri - dan Al Hajjaj ibnu Yusuf As Syaqafi panglimanya yang termashur.[2]
Ekspansi ke Timur yang dilakukan Abdul Malik adalah melanjutkan ekspansi
yang telah dilakukan Muawiyah. Dia mengirim tentara menyebrangi sungai Oxus dan
dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand.
Mayoritas penduduk di kawasan ini adalah kaum Paganis. Pasukan Islam menyerang
wilayah Asia Tengah pada tahun 41H/661M. Pada tahun 43H/663M mereka mampu
menaklukkan Salistan dan menaklukkan sebagian wilayah Thakaristan pada tahun
45H/665M. Mereka sampai ke wilayah Quhistan pada tahun 44H/664M. Abdullah
bin Ziyad tiba di pegunungan Bukhari pada tahun 44H/664M. Bahkan tentaranya
sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai
ke Maltan.[3]
Ekspansi ke barat telah dimulai sejak masa pemerintahan Muawiyah. Ia
berhasil menguasai Tunisia pada tahun 670M. Ia menjadikan Qoiruwan sebagai ibu
kota dan pusat kebudayaan Islam. Namun wilayah itu kemudian kembali dikuasai
bangsa Barbar, baru pada masa Abdul Malik berhasil dikuasai kembali berkat
pasukan yang dipimpin Hasan bin Nu’man. Setelah Hasan meninggal pada
708M, jabatan gubernur digantikan oleh panglima Musa ibn Nushair. Ia
meluaskan kekuasaannya dengan menaklukkan Aljazair, Maroko, sampai ke pantai
samudra Atlantik. Ekspedisinya juga berhasil merebut pulau Majorka, Minorka dan
Ivoka.[4]
2. Al-Walid ibn Abdul
Malik.
Al-Walid adalah orang yang terbaik untuk menerima kerajaan setelah Abdul
Malik ayahnya meninggal. Al-Walid adalah seorang yang suka damai dan
menginginkan perbaikan-perbaikan, justru ia muncul pada masa damai, maka
diadakannya perbaikan-perbaikan di dalam negeri. Seolah-olah Abdul Malik telah
membangun suatu gedung yang besar, lalu datanglah Al-Walid yang menghiasi
gedung itu, diperindah dan diperluasnya.
Karya-karya besar dari Al-Walid ini antara lain ialah: ia telah
mengumpulkan anak-anak yatim, diberinya jaminan hidup dan disediakannya para
pendidik untuk mereka. Begitu juga dalam bidang kesehatan, ia sangat
memperhatikan kemakmuran rakyat. Dibangunnya jalan-jalan raya, terutama jalan
yang menuju ke tanah Hejaz. Digalinya pula sumur-sumur disepanjang jalan itu, dan
diangkatnya pegawai-pegawai yang bertugas mengurusi sumur-sumur itu, serta
menyediakan air untuk orang-orang yang melalui jalan itu. Diriwayatkan, bahwa Al-Walid
sangat gemar mendirikan gedung-gedung, bangunan-bangunan dan fabrik-fabrik.
Suatu peninggalan abadi dari Al-Walid dalam bidang bangunan ialah Masjid Umawi
di Damaskus.[5]
Pada masa pemerintahannya Al-Walid melanjutkan ekspansi secara
besar-basaran ke barat. Masa pemerintahan Al-Walid adalah masa ketentraman,
kemakmuran dan ketertiban. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih
10 tahun itu tercatat suatu Ekspedisi Militer dari Afrika Utara menuju wilayah
Barat Daya benua Eropa pada tahun 711M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat
ditundukkan Tariq bin Ziyad pimpinan pasukan Islam, dengan pasukannya
menyebrangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan Eropa, dan mendarat
disuatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Giblaltar atau Jabaltariq.
Tentara Spanyol dapat dikalahkan.[6]
3. Umar ibn Abd al-Aziz.
Dapat kita ketahui bahwa masa pemerintahan Umar ibn Abd al-Aziz amat pendek
namun ia merupakan suatu masa yang berdiri sendiri, mempunyai ciri-ciri sendiri
dan mengandung falsafah Islam yang murni, yang tidak terpengaruh oleh
aliran-aliran dan peraturan-peraturan Bani Umayyah yang disesali orang.[7]
Umar ibn Abd al-Aziz bersama istrinya adalah keluarga yang sangat
bersahaja. Adapun tanah-tanah yang dirampas, dan yang tidak ada arsipnya, oleh
Umar dinyatakan bahwa tanah-tanah itu telah dikembalikan kepada pemiliknya.
Jika pemiliknya tidak diketahui , maka tanah itu dikembalikan ke Baitulmal. Ia
banyak menghidupkan dan memperbaiki tanah-tanah yang tidak produktif, menggali
sumur-sumur baru dan membangun masjid-masjid.
Umar menghentikan peperangan-peperangan yang sedang dilancarkan terhadap
golongan-golongan yang bukan Islam, atau terhadap kaum pembangkang dan
pemberontak dalam kalangan kaum muslimin sendiri. Kemudian dilaksanakannya
Da’wah Islamiyah kepada golongan-golongan yang bukan Islam, dengan menggunakan
hikmah-kebijaksanaan serta pelajaran dan nasehat-nasehat yang baik. Dan Umar
telah menundukkan kaum pembangkang dan pemberontak (Khawarij) dengan
dalil-dalil dan keterangan-keterangan yang dapat memuaskan hati mereka. Umar
berhasil mencapai sukses besar dalam dua bidang usahanya itu.[8]
Keadaan perekonomian dimasa umar telah naik ketaraf yang menakjubkan. Semua
leteratur yang ada pada kita saat ini menguatkan bahwa kemiskinan, kemlaratan
dan kepapaan telah dapat diatasi pada pemerintahan khalifah ini.
Penaklukan dimasa pemerintahannya pasukan Islam melakukan penyerangan ke Prancis
dengan melewati pegunungan Piranee. Di bawah pimpinan Abd al-Rahman ibn
Abdullah al-Ghafiqi mereka sampai ke wilayah Bordiau, Poitiers, lalu
melakukan pengepungan Toulan sebuah wilayah Prancis. Namun kaum muslimin tidak
berhasil mencapai kemenangan yang berarti di Prancis. Sangat sedikit terjadi
perang dimasa pemerintahan Umar.
4. Hisyam ibn Abd
al-Malik.
Masa pemerintahan Hisyam cukup lama, sekitar dua puluh tahun. Hisyam
termasuk khalifah terbaik. Terkenal sebagai seorang yang penyantun dan bersih
pribadinya. Ia telah mengatur kantor-kantor pemerintahan dan membetulkan
perhitungan keuangan negara dengan amat teliti. Musuh-musuh Bani Umayyah pun
mengakui kebagusan pembukuan dimasa Hisyam.[9]Hisyam
dikenal sebagai seorang Khalifah yang penyantun dan taqwa. Juga dikenal sebagai
Khalifah yang hemat cermat, tidak suka kepada keborosan dan ia tak dapat
ditipu.
Pada masa Khalifah Hisyam muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan
berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani
Hasyim yang didukung oleh Golongan Mawali dan merupakan ancaman yang
sangat serius. Dalam perkembangan berikutnya kekuatan baru ini, mampu
menggulingkan Dinasti Umawiyah dan menggantikannya dengan dinasti baru, Bani
Abbas. Sebenarnya Hisyam ibn Abd al-Malik adalah seorag Khalifah yang kuat dan
terampil. Akan tetapi, karena gerakan oposisi terlalu kuat, Khalifah tidak
berdaya meredamnya. Sepeninggal Hisyam ibn Abd al-Malik, Khalifah-khalifah Bani
Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin
memperkuat Golongan Oposisi. Akhirnya, pada tahun 750M, Daulah Umawiyah
digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani. Marwan
bin Muhammad, Khalifah terkhir Bani Umayyah, melarikan dari ke Mesir, ditangkap
dan dibunuh.[10]
- Penyebab Keruntuhan Daulah Umawiyah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Bani Umayyah lemah dan
mengalami kehancuran, antara lain:
a) Sistem Pergantian
Khalifah melalui garis
keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Islam yang lebih menekankan
aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas, dan menyebabkan persaingan yang
tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana.
b) Konflik politik. Latar belakang terbentuknya Daulah
Umawiyah tidak dapat dipisahkan dari Konflik Politik yang terjadi dimasa Ali
bin Abi Tholib.
c) Pertentangan etnis, yaitu pertentangan antara suku Arab
Utara (Bani Qays) dan Arab Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman
sebelum Islam makin meruncing.
d) Bobroknya mental
penguasa, yang disebabkan
oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana, sehingga penerus Khalifah tidak
sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
e) Munculnya kekuatan
baru, yaitu gerakan yang
dipelopori Abbas ibn Abdu al-Mutholib. Gerakan ini mendapat dukungan dari Bani
Hasyim dan Golongan Syi’ah serta Kaum Mawali yang merasa dikelas duakan oleh
pemerintah Bani Umayyah.
BAB III
KESIMPULAN
Daulah Umawiyah didirikan dengan penuh perjuangan, sehingga sampai terjadi
perseteruan antara Mu’awiyah dengan Ali bin Abi Thalib. Perseteruan ini
menjadikan Ali terjatuh dan naiklah Mu’awiyah menjadi khalifah. Namun Daulah
Umawiyah menggunakan sistem monarchi-Heredetis (kerajaan turun temurun) yang
penerusnya kebanyakan mempunyai sifat hidup mewah dan suka berfoya-foya.
Sehingga tidak dapat memikul tanggung jawab sebagai Khalifah yang pada masanya
banyak sekali pemberontakan-pemberontakan yang terjadi. Maka berakhirlah
kekuasaan Daulah Umawiyah dengan meninggalkan sejarah yang kontrofersi yang
menjadikan banyak orang mencelanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat, Rahmat
Taufiq, dkk. Almanak Alam Islami, Jakarta: Pustaka Jaya, 2000
Harun Nasution, op. cit. hlm. 61.
Nurhakim, Moh. Sejarah dan Peradaban Islam, Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang, 2004.
Syalabi,
Prof. Dr. Sejarah Dan Kebudayaan Islam 2, Jakarta: Al Husna Zikra, 1997
EmoticonEmoticon