Sejauh ini, ilmuwan yang dikenal oleh khalayak sebagai penemu teori peredaran darah paru-paru adalah ilmuwan kedokteran asal Inggris bernama William Harwey (1578-1675 M. Selain Harwey, ada ilmuwan Barat lainnya yang juga mengklaim sebagai penemu bidang tersebut, yakni Michael Servetus, dan beberap ilmuwan lainnya. Padahal 300 tahun sebelumnya, seorang ulama yang juga dokter Muslim telah berbicara dengan detail mengungkap teori tersebut. Ibnu Nafis, ilmuwan Muslim inilah yang mengungkap dan menemukan teori itu.
Pakar ilmu medis ini bernama lengkap 'Alauddin Abu Hasan Ali Ibnu Abi Al-Hazm Al-Quraisi. Ia dilahirkan di kota Damaskus, Syiria pada tahun 1210 M dan dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama. Cendekiawan yang dikenal denngan nama Ibnu Nafis ini tumbuh di kota kelahirannya yang saat itu cukup kondusif bagi dinamika dan perkembangan intelektual. Talentanya terhadap ilmu pengetahuan dan sain telah terlihat sejak kecil.
Ketertarikan ilmuwan muslim ini semakin besar sejak ia berguru pada beberapa ulama terkenal pada masa itu, khususnya dalam bidang sains dan kedokteran. Di antara beberapa guru yang berjasa dan berpengaruh dalam keilmuannya adalah Syekh ad-Dahwar, Radhiuddin Rahabi dan Umran Isra'ili.
Memasuki masa dewasa dia berpetualang ke Kairo, Mesir. Konsistensinya pada bidang yang digelutinya ini, dibuktikan dengan membaktikan dirinya pada sebuah rumah sakit Nasiri di Kairo. Tak sia-sia, Karir Ibnu Nafis cukup bagus. Puncaknya, ketika ia dipercaya menjadi direktur rumah sakit tersebut.
Selain dikenal sebagai pakar peredaran darah paru-paru, Ibnu Nafis juga seorang alim yang menguasai ilmu fiqih, filsafat, serta ilmu gramatika bahasa. Tak hanya itu, Ibnu Nafis juga hafal al-Qur'an dan menguasai banyak hadits Nabi Muhammad SAW. Kepada dua sumber utama inilah, selalu ia merujuk setiap teori dan karya yang ia temukan.
Syarah Tasyrif Qanun (penjelasan kitab Qanun) adalah karya Ibnu Nafis yang merupakan penjelasan lebih lanjut dari uraian anatomi Ibnu Sina (w. 1037) dalam kitabnya al-Qanun. Dalam bukunya itu, Ibnu Nafis anatara lain menulis, secara terperinci paru-paru itu terdiri dari unsur-unsur atau cabang-cabang trachea (buluh pernafasan), cabang-cabang vena arterirosa. Ketiga unsur-unsur tersebut dirangkaikan oleh jaringan lunak berpori.
KAYA AKAN KARYA
Selain dikenal sebagai penemu ilmu peredaran darah paru-paru, Ibnu Nafis juga kaya akan karya. Puluhan buku telah ia tulis, baik dibidang agama maupun kedokteran. Dalam bidang kedokteran, misalnya, yang paling populer Kitab as-Syamil fit Tibb (kitab lengkap dalam bidang kedokteran). Kitab ini dinilai amat mendasar dan besar pengaruhnya dalam sistem pengobatan modern.
Tak hanya itu, karya Ibnu Nafis tersebut juga merupakan ensiklopedi kedokteran terlengkap, yang menurut Dr Sharif Kaf Al-Ghazal, bila dirangkum seluruhnya akan mencapai 300 jilid. Syang ajal menjemputnya kala itu. Kitab yang ia tulis baru selesai 80 jilid. Beberapa di antaranya masih dapat dijumpai di perpustakaan internasional, seperti di perpustakaan Bodley, Oxford, Inggris.
Di antara kitab yang ia tulis sebagai berikut: al-Mahaddah fil Kuhul (menguraikan tentang oftalmologi, yaitu suatu penyakit mata), al-Mukhtar minal Aghdiya, Syarah Fushul Ibungrat, Syarah Jagdimat Makrifat (komentar tentang prognosis Hippocrates) dan Syarah Hunaim Ibnu Ishaq. Tidak hanya itu banyak lagi kitab yang dia tulis dan diterjemahkan kebahasa Latin seperti Italia, Perancis, Inggris dan Rusia.
AULA, edisi Juni 2013.
EmoticonEmoticon