Wednesday, November 27, 2013

Instrumen tes

             I.      Pendahuluan
Pada setiap akhir pembelajaran perlu diadakan suatu evaluasi untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai pelajaran yang telah diberikan dalam beberapa tingkatan kelas. Adapun evaluasi yang dapat digunakan bermacam-macam dan guru dapat menggunakannya sesuai dengan kebutuhan. Selain dari itu ada beberapa kiat dalam menyusun bentuk-bentuk evaluasi. Selanjutnya akan dibahas dalam makalah ini.

          II.      Pembahasan
A.    Pengertian instrumen tes
Secara harfiah kata tes berasal dari bahasa Perancis kuno yaitu testum artinya piring untuk menyisihkan logam-logam mulia yang sangat tinggi nilainya. Dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang diterjemahakan ke dalam bahasa Indonesia berarti tes, ujian atau percobaan dan dalam bahasa Arab berarti imtihan.
Sedangkan secara istilah test adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Tester artinya orang yang melaksanakan tes, pembuat tes atau eksperimentor adalah orang yang sedang melakukan percobaan, dan testee adalah pihak yang sedang dikenai tes atau pihak yang sedang dikenai percobaan (peserta tes).[1]
Tes ialah sejumlah pertanyaan yang diberikan untuk dijawab. Sedangkan pengukuran lebih luas dari tes. Adapun evaluasi mencakup tes dan pengukuran yaitu proses pengumpulan informasi untuk membuat penilaian, yang kemudian digunakan Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan.[2]

B.     Langkah-langkah menyusun tes
Ada beberapa langkah yang sebaiknya dilakukan sebelum menyusun tes, agar tes yang diberikan sesuai dengan tujuan pelaksanaan tes. Di antaranya adalah:
1.      Menentukan atau merumuskan tes.
2.      Mengidentifikasi hasil-hasil belajar (learnint outcomes) yang akan diukur dengan tes tersebut.
3.      Menentukan atau menandai hasil-hasil belajar yang spesifuk, yang merupakan tingkah laku yang dapat diamati dan sesuai dengan TIK.
4.      Merinci mata pelajaran atau bahan pelajaran yang akan diukur dengan tes tersebut.
5.      Menyiapkan tabel spesifikasi (semacam blue print).
6.      Menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyususnan tes.[3]
Sedang prosedur yang perlu ditempuh untuk menyusun alat penilaian tes, yaitu:
1.      Menentukan bentuk tes yang akan disusun.
2.      Membuat kisi-kisi butir soal. Yaitu kegiatan yang dilaksanakan avaluator untuk membuat suatu tabel yang memuat tentang perincian aspek isi dan aspek perilaku beserta imbangan atau proporsi yang dikehendakinya. Kisi-kisi butir soal atau tabel spesifikasi atau layout butir soal terdiri dari ruang lingkup isi pelajaran, proporsi jumlah item dan tiap-tiap sub-isi pelajaran, aspek intelektual dan bentuk soal. Kisi-kisi butir soal tersebut dicontohkan sebagai berikut:

Kisi-kisi
Bidang studi/mata pelajaran   :
Kelas/semester                        :
Waktu (menit)                         :
Aspek Intelektual Dan Bentuk Soal
Pengetahuan
Pemahaman
Dst
Jumlah Soal
(%)
Pokok isi pelajaran
A
B
C
D
E
A
B
C
D
E











































Jumlah Bentuk Soal





ASPEK INTELEKTUAL





Persentase Aspek Bentuk Soal






A: Bentuk soal benar salah
B: Bentuk soal pilihan ganda
C: Bentuk soal menjodohkan
D: Bentuk soal melengkapi atau jawaban singkat
E: Bentuk soal esai

3.      Menulis butir soal. Yaitu kegiatan yang dilakukan evaluator setelah membuat kisi-kisi soal. Berdasarkan kisi-kisi soal inilah evaluator menulis soal dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a.       Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami.
b.      Tidak mengandung penafsiran ganda atau membingungkan.
c.       Petunjuk pengerjaan butir soal, walaupun sudah diberikan petunjuk umum.
d.      Berdasarkan kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal tes hasil belajar.
4.      Menata soal. Yaitu kegiatan terakhir dari penyususnan alat penilaian tes yang harus dilaksanakan oleh evaluator berupa pengelompokan butir-butir soal berdasarkan bentuk soal dan sekaligus melengkapi petunjuk pengerjaannya.[4]

C.     Macam-macam bentuk tes
a)      Tes objektif, terdiri dari:
a.       Tes benar salah, yaitu tes yang butir-butir soalnya mengharuskan siswa mempertimbangkan suati pernyataan sebagai pernyataan yang benar atau salah.[5] Kaidah penulisan butir soal benar-salah meliputi:
1)      Meyakinkan sepenuhnya bahasa butir soal tersebut dapat dipastikan benar atau salah.
2)      Jangan menulis butir soal yang memperdayakan.
3)      Hindari pernyataan negatif.
4)      Menghindari pernyataan berarti ganda.
5)      Menggunakan suatu bentuk yang tepat.
6)      Menghindari kata-kata kunci, seperti: pada umumnya, semua dan yang lain.
7)      Menghindari jawaban benar yang berpola.
b.      Tes pilihan ganda, yaitu tes yang butir-butir soalnya selalu terdiri dari dua komponen utama: sistem yang menghadapkan siswa kepada satu pertanyaan langsung atau sebuah peranyaan tak lengkap dan dua atau lebih pilihan jawaban yang satu lebih benar dan sisanya salah. Kaidah penulisan tes pilihan ganda seperti berikut:
1)      Pokok soal yang merupakan permasalahan harus dirumuskan secara jelas.
2)      Perumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
3)      Untuk satu soal hanya ada satu jawaban yang benar atau paling benar.
4)      Pada pokok soal sedapat mungkin dihindarkan perumusan pernyataan yang bersifat negatif.
5)      Alternatif jawaban (option) sebaiknya logis dan pengecoh harus berfungsi (menarik).
6)      Diusahakan agar tidak ada petujuk untuk jawaban yang benar.
7)      Diusahakan agar mencegah penggunaan pilihan jawaban yang terahir berbunyi “semua pilihan jawaban di atas benar atau semua pilihan jawaban di atas salah”.
8)      Diusahakan agar pilihan jawaban homogen, baik dari segi isi maupun panjang pendeknya pernyataan.
9)      Apabila pilihan jawaban berbentuk angka, susunlah secara berurutan, mulai angka yang terkecil di atas dan yang terbesar di bawah.
10)  Di dalam pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bersifat tidak tentu, seperti seringkali, kadang-kadang, pada umumnya, dan yang sejenis.
11)  Diusahakan agar jawaban butir soal yang satu tidak bergantung dari jawaban butir soal yang lain.
12)  Dalam merakit soal diusahakan agar jawaban yang benar (kunci jawaban) letaknya tersebar di antara a,b,c dan yang lain ditentukan secara acak, sehingga tidak terjadi pola jawaban tertentu.
c.       Tes menjodohkan, yaitu tes butir-butir soalnya terdiri dari kalimat pernytaan yang belum sempurna dmana siswa diminta untuk melenngkapi kalimat pada titik yang disediakan. Penulisan soal menjodohkan sebagai berikut:
1)      Meyakinkan bahwa antara premis dan pilihan yang dijodohkan keduanya homogen.
2)      Menggunakan bentuk yang cocok.
3)      Dasar-dasar untuk menjodohkan setiap premis dan pilihan dibuat secara jelas.
d.      Tes melengkapi, yaitu tes yang butir-butir soalnya terdiri dari kalimat pernyataan yang belum sempurna dimana siswa diminta untuk melengkapi kalimat tersebut denga satu atau beberapa kata pada titik-tik yang disediakan. Penulisan bentuk soal melengkapi sebagai berikut:
1)      Meyakini bahwa pertanyaan dapat dijawab dengan kata atau penggalan kalimat yang mudah atau khusus, dan hanya ada satu jawaban yang benar.
2)      Menggunakan bentuk yang cocok.
3)      Jangan memutus-mutus butir soal melengkapi.
4)      Menghindari pemberian petunjuk ke arah jawaban yang benar.
5)      Menunjukkan bagaimana seharusnya jawaban yang benar.[6]
e.       Tes essay, yaitu tes yang jawabannya berupa uraian kalimat yangrelatif panjang atau berupa karangan. Ada dua macam tes essay:
1)      Extended response atau jawan luas.
2)      Restricted response atau jawaban terbatas.[7]
Bentuk soal essay sebagai berikut:
1)      Meyakinkan bahwa pertanyaan telah terarah.
2)      Jangan memberikan izin atau memerintah pesera ujian untuk memilih di antara beberapa pertanyaan essay yang akan mereka jawab.
3)      Terlebih dahulu memutuskan cara memberikan skor pada pertanyaan essay.[8]
b)      Tes lisan (subyektif)
Pendekatan lisan sering digunakan oleh guru kelas untuk mengevaluasi siswanya. Pertanyaan lisan dapat memberikan umpan balik langsung kepada guru maupun kepada siswa. Manfaat umum dari tes lisan ini yaitu memberi kesempatan pendekatan yang lebih akrab bagi guru terhadap siswanya dan sebaliknya, hal ini sangat baik untuk keperluan diagnostik. Pendekatan oral atau lisan hendaknya bertujuan untuk mengungkapkan sebanyak mungkin pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi yang diuji.

       III.      Simpulan
Tes merupakan alat untuk menguji pemahaman siswa mengenai pelajaran yang telah diajarkan oleh guru, apakah pelajaran dapat diserap siswa dengan baik atau tidak. Ada beberapa bentuk tes: obyektif dan subyektif. Pada tes obyektif dibagi lagi menjadi beberapa bentuk tes lagi, seperti: tes soal benar-salah, tes soal menjodohkan, tes soal pilihan ganda, tes soal melengkapi dan tes essay. Dan pada setiap bentuk soal tersebut ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan oleh evaluator.


DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 1999.

Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya. 2009.

Yusuf Tayibnapis, Farida. Evaluasi Program Dan Instrumen Evaluasi Untuk Program Pendidikan Dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.



      [1] Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 209.
      [2] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program Dan Instrumen Evaluasi Untuk Program Pendidikan Dan Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 189-190.
      [3] Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Rosdakarya, 2009), 30.
      [4] Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, 210-216.
      [5] Ibid, 210.
      [6] Ibid, 213-216.
      [7] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program Dan Instrumen Evaluasi Untuk Program Pendidikan Dan Penelitian, 207.
      [8] Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, 216.


EmoticonEmoticon