I.
Pendahuluan
Menurut pakar
bimbingan, bimbingan yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus
dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian
dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri
dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungan.[1]
Sedangkan
konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun
sebagai teknik. Konseling menurut Rochman Natawidjaja yaitu satu jenis
pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseli merupakan
bagian terpadu dari bimbingan dua orang individu, dimana konselor berusaha
membantu konseli untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam
hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.[2]
II.
Pembahasan
A.
Latar belakang perlunya bimbingan dan konseling
Faktor-faktor yang melatarbelakangi
muncul dan diperlukannya bimbingan dan konseling:
1.
Latar belakang
historis
Sejarah
tentang developing one’s potential (pengembangan potensi individu) dapat
ditelusiri masyarakat Yunani kuno. Mereka menekankan tentang upaya untuk mengembangkan
dan memperkuat individu melaui pendidikan, sehingga mereka dapat mengisi
peranannya dimasyarakat. Mereka meyakini bahwa dalam diri individu terdapat
kekuatan-kekuatan yang dapat distimulasi dan dibimbing kearah tujuan-tujuan
yang berguna, bermanfaat atau menguntungkan baik bagi dirinya sendiri maupun
masyarakat. Konselor yang terkenal di Yunani kuno adalah Plato, karena dia
telah menaruh perhatian yang begitu besar terhadap pemahaman psikologis
individu, seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam
masyarakat, dan teologis. Dia juga menaruh perhatian terhadap masalah-masalah:
a.
Bagaimana
membangun pribadi manusia yang baik melalui asuhan atau pendidikan formal.
b.
Bagaimana
caranya supaya anak dapat berfikir lebih efektif.
c.
Teknik apa yang
telah berhasil mempengaruhi manusia dalam kemampuannya mengambil keputusan dan
mengembangkan keyakinannya.
Konselor yang lain diantaranya adalah Aristoteles
(murid Plato), Hippocrates dan para dokter lainnya yang menaruh perhatian pada
bidang psikologi.[3]
2.
Latar belakang
filosofis
Kata filosofis atau filsafat dalam
bahasa Arab yang berasal dari kata yunani yang berarti filosofia
(philosophia). Filsafat artinya cinta terhadap kebijaksanaan atu hikmah atau
ingin mengerti segala sesuatu dengan mendalam. John J. Pietrofesa et.al
mengemukakan pendapat James Cribin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam
bimbingan:
a. Bimbingan
hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan harga diri individu
dan atas hak-haknya untuk mendapat bantuan.
b. Bimbingan
merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan artinya bimbingan merupakan
bagian intergal dalam pendidikan.
c. Bimbingan
harus respek terhadap hak-hak setiap klien yang meminta bantuan atau pelayanan.
d. Bimbingan
bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental. Bimbingan
dilaksanakan melaui kerjasama, dan masing-masing bekerja berdasarkan keahlian
atau kompetensinya sendiri.
e. Fokus
bimbingan adalah membantu individu merealisasikan potensi dirinya.
f.
Bimbingan merupakan
elemen pendidikan yang bersifat individualisme, personalisasi dan sosialisai.[4]
Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang
bermanfaat bagi pelayanaan bimbingan dan konseling pada umumnya, dan bagi
konselor khususnya yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dan
dalam memberi keputusan yang tepat.[5]
3.
Latar belakang
sosial budaya
Faktor-faktor sosial budaya yang
menimbulkan kebutuhan akan bimbingan:
a.
Perubahan
konstelasi keluarga
Terkait dengan masalah keluarga yang disfungsional, Stephen
R. Covey mengemukakan sekitar 30 tahun yang lalu terjadi perubahan situasi
keluarga yang sangat kuat dan dramatis seperti peristiwa berikut ini:
1)
Angka kelahiran
anak yang tidak sah meningkat menjadi 400%.
2)
Persentase orang
tua tunggal (single parrent) telah berlipat ganda.
3)
Angka perceraian
yang terjadi telah berlipat ganda, pernikahan yang berakhir dengan perceraian.
4)
Peristiwa bunuh
diri dikalangan remaja meningkat sekitar 300%.
5)
Sekor tes bakat
skolastik para siswa turun sekitar 73 butir
6)
Masalah nomor
satu wanita Amerika pada saat ini adalah tindakan kekerasan (pemerkosaan).
7)
Seperempat
remaja yang melakukan hubungan seksual telah terkena penyakit kelamin sebelum
menamatkan sekolahnya di SMA.[6]
b.
Perkembangan
pendidikan
Arah
meluas tampak dalam pembagian sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah
kejuruan. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan untuk memilih jurusan
yang khusus dan memilih bidang studi yang tepat bagi setiap murid. Arah
mendalam tampak dalam berkembangnya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan
pertumbuhan tingkat kerumitan dalam tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan
masalah bagi murid untuk mendalami tiap bidang studi dengan tekun. Perkembangan
ke arah ini bersangkut paut pula dengan kemampuan dan sikap serta minat murid
terhadap bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat bahwa setiap murid
memerlukan perhatian yang bersifat individual dan khusus. Dalam hal ini pula
terasa sekali kebutuhan akan bimbingan di sekolah.[7]
c. Dunia
kerja
Dalam
dunia kerja bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan karena terjadi berbagai
macam perubahan diantaranya sebagai berikut:
1)
Semakin
berkurangnya kebutuhan terhadap pekerja yang tidak memilki ketrampilan.
2)
Meningkatnya
kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional dan memiliki ketrampilan
teknik.
3)
Berkembangnya
berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi maju.
4)
Berkembangnya
perindustrian di berbagai daerah.
5)
Berbagai jenis
pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru.
6)
Semakin
bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia muda dalam dunia kerja.
d.
Perkembangan
metropolitan
Dampak
sosial yang buruk dari pertumbuhan kota di abad-21 terutama di kota-kota
berkembang sebagai berikut:
1)
Urbanisasi
dilakukan dengan motivasi mengadu nasib.
2)
Masalah pengangguran.
3)
Banyaknya tenaga
kerja yang tidak memenuhi kebutuhan lapangan kerja di kota.
4)
Banyaknya
pemukiman ilegal didirikan.
5)
Terbatasnya
fasilitas air bersih dibanding banyaknya jumlah kebutuhan penduduk.
6)
Lingkungan
semakin buruk yang mengakibatkan meningkatnya angka kematian anak.
e.
Perkembangan
komunikasi
f.
Seksisme dan
rasisme
Seksisme
merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin
yang lainya. Sedangkan rasisme merupakan paham yang mengunggulkan ras yang satu
dari ras yang lainnya.
g.
Kesehatan mental
h.
Perkembangan
teknologi
Timbul
dua masalah penting yang menyebabkan kerumitan struktur dan keadaan masyarakat:
1)
Penggantian
sebagian besar tenaga kerja dengan alat-alat mekanis-elektronik.
2)
Bertambahnya
jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru yang menghendaki keahlian dan pendidikan
khusus.
i.
Kondisi moral
dan keagamaan
j.
Kondisi sosial
ekonomi.[8]
4.
Latar belakang
religius
Landasan religius bimbingan dan
konseling pada dasarnya ingin menetapkan klien sebagai makhluk Tuhan dengan
segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral upaya bimbingan dan konseling.
Pembahasan landasan religius ini, terkait dengan upaya mengintegrasikan nilai-nilai
agama dalam proses bimbingan dan konseling. Pendekatan bimbingan dan konseling
yang terintegrasi di dalamnya dimensi agama, ternyata sangat disenangi oleh
masyarakat Amerika sekarang ini. Perlunya pengintegrasian nilai-nilai agama
dalam konseling, Marsha Wiggin Frame mengemukakan bahwa agama sepatutnya
mendapat tempat dalam praktek-praktek konseling atau psikoterapi, yang
berdasarkan alasan:
a.
Mayoritas orang
Amerika meyakini Tuhan dan mereka banyak yang aktif mengikuti peribadatan.
b.
Terdapat tumpang
tindih dalam nilai dan tujuan antara konseling dengan agama, seperti menyangkut
upaya membantu individu agar dapat mengelola berbagai kesulitan hidupnya.
c.
Banyak bukti
empirik yang menunjukkan bahwa keyakinan beragama telah terkontribusi secara positif
terhadap kesehatan mental.
d.
Agama sudah
sepatutnya diintegrasikan ke dalam konseling dalam upaya mengubah pola pikir
yang berkembang di akhir babad-20.
e.
Kebutuhan yang
serius untuk mempertimbangkan konteks dan latar balakang budaya klien, mengimplikasikan
bahwa konselor harus memperhatikan secara sungguh-sungguh tentang peranan agama
dalam budaya.[9]
5.
Latar belakang
psikologis
Peserta didik sebagai individu yang
dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika
dalam interaksi dengan lingkungannya. Di samping itu, peserta didik senantiasa
mengalami berbagai perubahan sikap dan tingkah lakunya. Proses perkembangan
tidak selalu berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau
norma yang dijunjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi
stagnasi atau diskontinuitas perkembangan.[10]
B.
Urgensi bimbingan dan konseling
Ada beberapa
alasan dibutuhkannya bimbingan dan konseling pada setiap bidang, diantaranya:
1.
Perkembangan IPTEK.
Karena di era
modern ini semakin maju dan berkembang, sehingga antara manfaat dan kerugiannya
sangat tipis perbedaannya. Dampak perkembangan IPTEK ini sebagai berikut:
a.
Menimbulkan perubahan-perubahan dalam berbagai sendi
kehidupan seperti: sosial, budaya, politik, ekonomi, industri, dan lain
sebagainya.
b.
Berkembangnya sejumlah karier atau jenis lapangan
pekerjaan tertentu.
c.
Timbul masalah hubungan sosial, tenaga ahli, lapangan
pekerjaan, pengangguran, dan lain sebagainya.
d.
Membawa dampak positif dan negatif, pertumbuhan penduduk
semakin kompleks masalahnya.
e.
Berpengaruh dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
lingkup sekolah dan madrasah. Lembaga pendidikan bertanggung jawab mendidik dan
menyiapkan peserta didik agar mampu (berhasil) menyesuaikan diri di dalam
masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Sehingga
layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan.[11]
2.
Makna dan fungsi pendidikan
Dalam konteks Islam,
pendidikan bermakna bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut
ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan
mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Pendidikan pada hakikatnya merupakan
upaya untuk membentuk manusia lebih berkualitas. Inti tujuan pendidikan adalah
terwujudnya kepribadian yang optimal dari setiap peserta didik.[12]
3.
Guru
Tugas utama
guru selain sebagai pengajar juga pembimbing. Fungsi sebagai pengajar dan
pembimbing terintegrasi dalam peran guru dalam proses pembelajaran. Guru
diharapkan mampu:
a.
Mengenal dan memahami setiap siswa baik sebagai individu
maupun kelompok.
b.
Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam
proses pembelajaran.
c.
Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa
dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.
d.
Membantu (membimbing) setiap siswa dalam mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya.
e.
Menilai keberhasilan siswa
Guru mewujudkan fungsi dan peran seperti di atas
merupakan suatu keniscayaan bagi setiap calon guru dan guru untuk menguasi
bimbingan dan konseling.[13]
4.
Faktor psikologis
Terdapat
perbedaan individual antara siswa satu dengan yang lain. Masalah-masalah
psikologis yang timbul pada siswa menuntut adanya upaya pemecahan melalui
pendekatan psikologis antara lain melalui layanan dan bimbingan konseling. Beberapa
masalah psikologis yang menjadi latar belakang perlunya layanan bimbingan dan
konseling, diantaranya:
a.
Masalah perkembangan individu.
b.
Masalah perbedaan individu.
c.
Masalah kebutuhan individu.
d.
Masalah penyesuaian diri.
e.
Masalah belajar.[14]
Pada
hakikatnya manusia mengalami masalah-masalah yang kadang sulit untuk dipecahkan
sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain. Kalau orang terdekat misalnya
keluarga tidak dapat membantu maka dibutuhkan bimbingan dan konseling untuk
membantu memecahkan masalah tersebut.
III.
Penutup
Simpulan
- Bimbingan
dari kata guidance yang berarti mengarahkan, memandu, mengelola dan
menyetir. Faktor-faktor yang melatarbelakangi perlunya bimbingan dan
konseling, yaitu:
- Latar
belakang historis
- Latar
belakang filosofis
- Latar
belakang sosial budaya
- Latar
belakang religius
- Latar
belakang psikologis
- Urgensi
bimbingan dan konseling, yaitu:
a.
Adanya perkembangan IPTEK
b.
Makna dan fungsi pendidikan
c.
Guru
d.
Faktor psikologis
DAFTAR PUSTAKA
Ketut Sukardi, Dewa, dan Desak P.E. Nila Kusumawati. Proses
Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
Prayitno dan Erman Amti. Dasar–Dasar Bimbingan Dan
Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.1999.
Tohirin. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan
Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008.
Yusuf, Syamsu, dan A. Juntika Nurihsan. Landasan
Bimbingan Dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009.
EmoticonEmoticon