- Biografi Pendiri Madzhab Dhahiri.
Madzhab Dhahiri adalah salah satu dari
madzhab-madzhab sunni yang telah lenyap. Pendiri madzhab ini adalah Abu
Sulaiman Daud Ad Dhahiri. Beliau dilahirkan di Kufah pada tahun 202H,
dibesarkan di Bagdad dan wafat disana pada tahun 270H.
Mula-mula beliau bermadzhab syafi’i secara
mendalam dan amat teguh memegang hadits. Beliau pernah belajar pada Ishaq Ibn
Rahawaih, salah seorang fuqaha’ madrasah Al Hadits pada tahun 233H. Walaupun
beliau ini mempelajari madzhab Asy Syafi’i secara mendalam, sedang ayahnya
Qadhi Abdullah ibn Khalid al Kufiy (panitera yang bertugas di Asfahan pada masa
al Makmun khalifah ke-7 dari Bani Abbas) bermadzhab Hanafi, namun pada
kemudiannya beliau menentang madzhab Asy Syafi’i, lantaran Asy Syafi’i mempergunakan
qiyas dan memandangnya sebagai sumber hukum. Oleh karenanyalah fuqaha’-fuqaha’
Syafi’iyah menentangnya. Daud pernah berkata: “Saya telah mempelajari
dalil-dalil istihsan. Maka saya mendapati bahwa dalil-dalil itu juga
membatalkan qiyas.”
- Imam-Imam
Pengikut Madzhab Dhahiri.
Madzhab ini diikuti oleh banyak ulama. Di
antaranya adalah anaknya sendiri Muhammad Ibn Daud (w. 297H) dan Ibn Mukhallis
(w. 324H). madzhab ini berkembang di Andalus hingga abad ke-5H kemudian
berangsur-angsur mundur hingga lenyap sama sekali di abad ke-8H. Murid-murid
Imam Dhahiri:
- Ibrahim ibn Muhammad (244-323 H) bergelar Nafthawaih.
- Zakaria ibn Yahya al Sajiy (w. 307 H)
- Abbas ibn Ahmad ibn al Fadl al Quraisyiy
- Muhammad ibn Ishak al Qasyaniy
- Yusuf ibn Yaqub ibn Mahran
Di antara ulama besar yang membela dan
mempertahankan prinsip-prinsip madzhab ini adalah Abu Muhammad Ali Ibn Hazm Al
Andalusi (w. 456H). Beliau inilah yang membukukan madzhab Dhahiri dan telah
menulis beberapa buku besar baik dalam bidang Ushul maupun dalam bidang furu’.
Dalam bidang Ushul beliau menulis kitab Ushulul Ihkam Li Ushulil Ahkam sedang
dalam bidang fiqh beliau menulis Al Muhalla. Kedua kitab ini tinggi nilainya.
Di antara kitab fiqh yang pernah ditulis
oleh Daud telah lenyap, adalah: Kitab Ibtalu al Taqlid, Kitab Ibthalu al Qiyas,
Kitab Khabar Ahad, Kitab Mujib li al Islami, Kitab al Hujjah dan Kitab al
Mufassar wa al Mujmal.
- Metodologi Istimbad Madzhab Dhahiri.
Daud berpendapat bahwa nash-nash yang
dipergunakan Ahlu ra’yi dalam memandang qiyas sebagai dasar hukum, adalah
berguna diwaktu tidak ada sesuatu nash dari Kitabullah atau Sunnah Rasul dan
beliau berpendapat bahwa apabila kita tidak memperoleh nash dari Al Qur’an dan
As Sunnah, maka hendaklah kita memusyawarahkan hal tersebut dengan para ulama,
bukan kita berpegang kepada ijtihad sendiri.
Madzhab beliau dikenal dengan nama madzhab
Dhahiri karena beliau berpegang kepada dhahir Al Qur’an dan Asy Sunnah, tidak
menerima ijma’ terkecuali ijma’ yang diakui oleh semua ulama, tanpa
menta’wilkan, menganalisa dan menggali dengan illahatau kausa hukum. Demikian
juga ia tidak berpegang dengan rasio, istihsan, istishab, maslahah mursalah dan
dalil-dalil semisalnya. Dia tidak memandang satupun dari dalil yang demikian
itu sebagai dalil hukum. Pemikiran Daud ini didasarkan pada Al Qur’an surat An
Nisa’, ayat 59: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”.
Imam Daud merupakan salah
seorang ulama yang terkenal anti ta’lid, mengikuti pendapat orang lain tanpa
mengetahui dasar-dasarny. Menurut Daud ad Dhahiri, bahwa seseorang itu meskipun
ia tidak dapat memahami ajaran Islam sehingga ia tidak dapat mengetahui
maksud-maksud ayat Al Qur’an dan Hadits, maka sekurang-kurangnya ia dapat mengetahui
apakah ibadah yang akan dikerjakannya itu, benar-benar berlandaskan Al Qur’an
dan hadits apa tidak.
Contoh-contoh fiqh madzhab
dhahiri:
Tidak
sah talaq kecuali kepada 3 lafad yaitu:
الطلاق – التسريح – الفراق
Jika
sudah diniatkan oleh suami untuk menceraikan istrinya dengan 3 lafad tersebut,
maka talaqnya sah.
Dalam
menjatuhkan talaq tidak boleh diwakili. Tidak sah kalau hanya dilakukan oleh
wakil.
Asal
hukum nikah adalah wajib, berdasarkan Al Qur’an:
فانكحوا ماطاب لكم من النساء (النساء:
3)
Mempersaksikan
jual beli, tolak dan rujuk hukumnya wajib, tidaksah talaq dan rujuk tanpa 2
orang saksi adil.
Barangsiapa
tidak berniat menjatuhkan talaq akan tetapi karena salah bicara, jika ada bukti
yang menunjukkan bahwa orang itu hendak menjatuhkan talak kepada istrinya, maka
dihukumlah sebagai talaq, akan tetapi jika tidak ada bukti yang menunjukkan hal
itu maka tidak dianggap sebagai talaq.
Istri
yang kaya wajib memberi nafkah kepada suaminya yang dalam keadaan susah atau
sulit mendapatkan biaya hidup, berdasarkan Al Qur’an surat Al Baqoroh 228
sebagai berikut:
ولهن مثل
الذى عليهن بالمعروف (البقرة:228)
Dan para wanita mempunyai
hak yang seimbang dengan kewajibannya.
وتعاونوا
على البر والتقوى (المائدة:2)
Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan.
- Sumber-Sumber
Hukum Madzhab Dhahiri.
Madzhab ini bersumber dari Al Qur’an dan
As Sunnah juga dari nash yang diijma’i oleh para sahabat. Walaupun madzhab ini
pada dasarnya berpegang pada dhahir nash, tetapi kita dapat menjumpai beberapa
nadhariyah (theori) yang sesuai dengan nadhariyah Barat. Dalam madzhab inilah
kita menjumpai pendapat yang menetapkan bahwa istri yang berharta wajib
menafkahi suaminya yang fakir.
DAFTAR PUSTAKA
Hasbi Ash Shiddieqy. M. Pengantar Ilmu Fiqh, Jakarta: Bulan
Bintang, 1967.
EmoticonEmoticon